Beberapa Penyakit Hati dalam Islam dan Cara Mengatasinya

Penyakit hati dalam ajaran Islam bukan hanya merujuk pada gangguan fisik yang menyerang organ hati, tetapi lebih kepada kondisi spiritual atau batin yang mempengaruhi jiwa seseorang. Penyakit-penyakit ini dapat merusak keimanan dan menjauhkan seseorang dari ketaatan kepada Allah SWT. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa penyakit hati menurut Islam dan bagaimana cara mengatasinya berdasarkan ajaran agama.

Beberapa Penyakit Hati dalam Islam

Dirangkum dari buku Penyakit-Penyakit Hati karya Muhammad Hafiun, berikut adalah sejumlah penyakit hati dalam Islam yang perlu kita waspadai agar bisa segera ditangani dan dihindari.

1. Dengki atau Hasad

Dengki atau hasad adalah akar dari segala bentuk penyakit hati. Hasad menyalakan api kebencian dalam hati yang dapat memadamkan semua potensi kebaikan hati yang ada.

Saat hati sudah tertutupi oleh kabut kebencian akibat hasad, pandangan seseorang terhadap orang lain pun menjadi sempit.

Ia akan sulit menerima kebahagiaan orang lain, terutama ketika melihat seseorang yang hidupnya dipenuhi dengan nikmat dan karunia. Rasa dengki ini hanya akan membawa kerusakan bagi diri sendiri dan menjauhkan kita dari ketenangan hati.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 54:

اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۚ فَقَدْ اٰتَيْنَآ اٰلَ اِبْرٰهِيْمَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاٰتَيْنٰهُمْ مُّلْكًا عَظِيْمًا

Artinya: “Ataukah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah menganugerahkan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim dan Kami telah menganugerahkan kerajaan (kekuasaan) yang sangat besar kepada mereka.”

2. Sombong dan Ujub

Sombong (al-kibr) dan ujub (bangga diri) adalah sifat tercela yang sangat berbahaya bagi hati manusia. Kedua sifat ini saling berkaitan dan menjadi ciri khas sifat-sifat iblis yang hanya membawa kerugian bagi orang yang memiliki sifat ini.

Sifat sombong adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk merasa lebih tinggi dari orang lain. Sifat ini tampak dari tindakan atau perbuatan yang menunjukkan kesombongan secara lahiriah. Sedangkan ujub adalah perasaan bangga diri yang timbul dari dalam hati.

Sifat ujub muncul ketika seseorang merasa bahwa segala yang dimilikinya baik ilmu, kekayaan, maupun kemampuan adalah hasil jerih payahnya sendiri tanpa mengakui bahwa semuanya adalah karunia dari Allah SWT.

Allah SWT mengingatkan dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 18 tentang bahayanya kesombongan:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

Artinya: “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”

3. Riya’

Riya’ adalah salah satu penyakit hati yang sering kali tersembunyi tapi memiliki dampak yang hampir setara dengan syirik.

Rasulullah SAW menyebut riya’ sebagai “syirik kecil” karena bentuknya yang samar dan sering tidak disadari oleh pelakunya. Riya’ secara umum diartikan sebagai melakukan suatu kebaikan dengan tujuan memperoleh pujian, sanjungan, atau pengakuan dari manusia.

Rasulullah SAW menggambarkan betapa halusnya riya’ ini, bahkan lebih halus dari jejak seekor semut hitam di atas batu hitam di malam hari yang gelap gulita.

Penyakit hati ini muncul ketika seseorang melakukan amal kebaikan tapi niatnya bukan karena ikhlas kepada Allah SWT, melainkan berharap apresiasi dari manusia.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memperlihatkan amalannya karena ia riya’, maka Allah akan memperlihatkan ketidakikhlasannya itu dan barang siapa yang berbuat riya’, maka Allah akan menampakkan riya’-nya itu.” (Muttafaq ‘Alaih)

4. Tamak atau Rakus

Tamak atau rakus adalah sifat yang sangat tercela, dianggap sebagai sumber kehinaan dan bencana. Dorongan syahwat yang terus menginginkan lebih banyak dari apa yang sudah dimiliki tanpa pernah merasa puas adalah akar dari sifat ini.

Baik itu terkait harta dunia, ilmu, jabatan, atau apa pun yang menggiurkan, sifat tamak ini menjerumuskan hati pada keburukan. Sifat ini jelas menjadi bagian dari penyakit hati yang merusak.

Tamak pada harta dunia, misalnya, merupakan salah satu contoh konkret bagaimana manusia selalu merasa kurang, meski telah diberi banyak nikmat oleh Allah SWT.

Apa yang dimiliki dianggap tidak cukup, hingga terus mengandai-andai untuk mendapatkan lebih banyak lagi, bahkan berangan-angan tentang sesuatu yang bukan haknya. Hal ini membuat manusia lupa bahwa dunia dan segala isinya hanyalah ujian, bukan tujuan.

Dalam Al-Qur’an surah At-Tagabun ayat 15, Allah SWT memperingatkan kita:

اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah (ada) pahala yang besar.”

Cara Mengatasi dari Penyakit Hati dalam Islam

Dikutip dari arsip detikHikmah dijelaskan, menurut Syekh Ibrahim Al-Khawash yang dikutip oleh Imam Al-Qusyairi dalam Ar-Risalatul Qusyairiyah, terdapat lima langkah utama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit hati, yaitu:

  1. Membaca Al-Qur’an dengan penuh penghayatan dan perenungan.
  2. Mengatur pola makan agar tidak berlebihan, misalnya dengan berpuasa.
  3. Melakukan salat Tahajud atau zikir di malam hari.
  4. Merendahkan diri di hadapan Allah SWT, terutama pada waktu akhir malam.
  5. Bergaul dengan orang-orang yang saleh.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali dalam Minhajul Abidin menambahkan bahwa penyembuhan penyakit hati dapat dilakukan melalui dua jenis amalan, yaitu amalan lahiriah dan batiniah.

Amalan lahiriah mencakup salat, puasa, zakat, dan mencari rezeki halal. Sedangkan amalan batiniah lebih kepada menjaga niat dan sikap hati seperti taubat, ikhlas, syukur, jujur, dan tawakal.

Dengan menerapkan cara-cara tersebut, insya Allah kita bisa terhindar dari berbagai penyakit hati yang merusak.