Zalim merupakan salah satu sifat yang sangat dikecam dalam Islam. Dalam Al-Qur’an, orang-orang yang zalim disebutkan dalam berbagai ayat, menunjukkan betapa seriusnya perilaku ini di mata Allah SWT. Zalim secara harfiah berarti berlaku tidak adil, menindas, atau melanggar hak orang lain.
Zalim dalam bahasa Arab berarti dzalama yang artinya gelap. Orang zalim adalah orang yang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya seperti orang dalam kegelapan. Hal ini dijelaskan oleh KH. M. Sholikhi dalam bukunya Filsafat dan Metafisika dalam Islam.
Sedangkan dalam laman Muhammadiyah, zalim juga biasa digunakan untuk melambangkan sifat kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Allah SWT memberikan peringatan terhadap orang yang zalim. Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 192
رَبَّنَآ اِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ اَخْزَيْتَهٗ ۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ
Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau benar-benar telah menghinakannya dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.”
Yusuf Qardhawi dalam buku Fiqih Jihad menjelaskan bahwa Islam menuntut dua hal mendasar dari seorang Muslim. Pertama, tidak berbuat zalim dan kedua tidak menjadi penolong orang yang zalim karena penolong orang yang zalim, karena sama-sama berada di neraka dengan orang yang zalim.
Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 113 menjelaskan tentang orang zalim tidak akan ditolong Allah.
وَلَا تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُۙ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Artinya: “Janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga menyebabkan api neraka menyentuhmu, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”
Bahkan di akhirat nanti orang zalim akan menghadapi kesulitan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Al Furqan ayat 27:
وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلً
Artinya: Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”.
Menurut Prof. Dr. M. Yunan Yusuf dalam Tafsir Juz 19: ‘Ibadu Ar-Rahman (Hamba yang Terkasih) dari ayat di atas dijelaskan bahwa suasana sulit dan menyengsarakan di neraka yang dihadapi oleh orang-orang kafir tersebut, ditayangkan kembali dengan penggambaran penuh penyesalan.
Dan ingatlah pada hari itu, ketika orang-orang zalim menggigit dua jarinya dikarenakan menyesali perbuatannya seraya berkata, “Wahai! Sekiranya dulu ketika masih menjalani hidup di kehidupan dunia aku pasti mengambil dan menempuh jalan bersama Nabi Muhammad SAW.
Ungkapan menggigit dua jari adalah ungkapan yang dipergunakan bila seseorang mengalami penyesalan yang sangat mengecewakan. “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya” Ternyata penyesalan orang-orang durhaka di neraka berlapis-lapis. Selesai sebuah penyesalan dilanjutkan lagi dengan penyesalan yang lain. Manakala penyesalan yang lain itu mereda, datang lagi penyesalan yang lain lagi, demikian silih berganti datang secara bertubi-tubi.