Penciptaan tujuh lapisan langit telah diterangkan secara jelas dalam Al-Qur’an . Beberapa ayat yang menjelaskan fenomena tersebut di antaranya adalah Surah Al-Mulk ayat 3. “Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?” Surah Al-Mulk Ayat 3.
Pada buku Tafsir Ilmi ‘Penciptaan Jagat Raya dalam perspektif Al-Qur’an dan Sains’ yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga menerangkan tentang hakikat tujuh langit tersebut.
Dalam Surah Al-Mulk ayat 3 itu menerangkan jika Allah telah menciptakan langit secara bertingkat. Tidak ada tiang penyangga dan tali-temali yang mengikatnya. Tiap langit akan menempati ruangan yang telah ditentukan baginya.
Ada juga yang berpendapat langit disebut jalan karena merupakan lintasan para malaikat saat turun. Bisa juga disebut demikian karena setiap langit memiliki jalan dan kondisi yang berbeda dengan kondisi lain, sebab Allah SWT memang menciptakan sesuatu yang khusus bagi langit.
Kemudian, dalam sebuah hadits turut disebutkan mengenai tujuh lapis langit ini. Mengutip buku Hadits-hadits Sains susunan Abdul Syukur Al-Azizi, hadits tersebut bersal dari Said bin Zaid bin Amru bin Nufail RA. Ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa mengambil sejengkal tanah dengan zalim, maka Allah akan mengalungkannya pada hari kiamat setebal tujuh lapis bumi.” (HR Muslim)
Jumlah lapisan langit turut disebutkan dalam hadits lainnya dari Aisyah RA yang disebutkan oleh Abu Salamah bin Abdurrahman RA. Ia mengisahkan pernah terlibat sengketa tanah dengan seseorang, lalu ia menemui Aisyah RA dan menceritakan hal tersebut.
Aisyah RA berkata, “Wahai Abu Salamah, jauhilah permasalahan tanah, karena Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa berbuat kezaliman (menyerobot tanah orang lain) meski hanya sebatas satu jengkal, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh lapis bumi.” (HR Bukhari)
Mengenai perilaku zalim di sini, Islam melarang keras umatnya berbuat zalim. Ini berlaku untuk diri sendiri maupun orang lain.
Allah SWT tidak pernah berbuat zalim terhadap hamba-Nya, namun justru hamba-Nya yang berbuat zalim terhadap dirinya. Kezaliman yang diperbuat menyebabkan kehidupan tidak harmonis.
Wallahu a’lam.