Setiap memasuki bulan November, dunia maya sering ramai dengan tantangan yang disebut “No Nut November”.
Tantangan ini mengajak seseorang untuk menahan diri dari perbuatan yang menuruti hawa nafsu, selama sebulan penuh — sebagai latihan disiplin dan pengendalian diri.
Bagi sebagian orang, tantangan ini dianggap sebagai ajang untuk melatih fokus, mental, dan pengendalian diri.
Namun jika dilihat lebih dalam, nilai yang diajarkan sebenarnya bukan hal baru.
Jauh sebelum munculnya tren seperti ini, Islam sudah lebih dulu mengajarkan umatnya untuk menjaga diri dan hati dari godaan nafsu.
Islam Sudah Mengajarkan Menjaga Hati dan Pandangan
Dalam Islam, pengendalian diri adalah bagian dari keimanan.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nazi’at: 40-41:
“Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya.”
Ayat ini mengingatkan bahwa menahan diri dari keinginan yang tidak baik bukan hanya tentang disiplin, tapi juga bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Cara Islam Melatih Pengendalian Diri
Berbeda dengan tren yang hanya fokus pada “menahan”, Islam memberikan bimbingan menyeluruh agar hati tetap kuat dan terjaga.
Beberapa di antaranya:
-
Menundukkan Pandangan
Rasulullah ﷺ bersabda:“Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis.”
(HR. Hakim)
Menjaga pandangan adalah langkah awal menjaga kebersihan hati. -
Berpuasa Sunnah
Rasulullah ﷺ bersabda:“Barangsiapa belum mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa menjadi perisai baginya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Puasa bukan hanya menahan lapar, tapi juga menahan keinginan yang bisa menjerumuskan. -
Mengisi Waktu dengan Kebaikan
Ketika waktu diisi dengan ibadah, belajar, dan amal saleh, maka hati menjadi tenang, dan dorongan negatif akan semakin lemah.
Fenomena seperti No Nut November mungkin hanya tren di dunia maya, tetapi maknanya sudah lebih dulu diajarkan Islam: menahan diri dari hal yang dapat menodai hati dan akhlak.
Bedanya, Islam tidak membatasi pengendalian diri hanya di bulan tertentu — melainkan menjadikannya bagian dari kehidupan seorang mukmin setiap hari.
Sebab, orang yang mampu mengendalikan dirinya, sejatinya telah memenangkan pertempuran terbesar: melawan hawa nafsu.