Dalam Islam, setiap aktivitas seorang Muslim dapat bernilai ibadah jika disertai dengan niat yang benar dan dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat, termasuk tidur. Meskipun tidur adalah kebutuhan biologis manusia, ternyata dalam Islam, tidur bisa menjadi bagian dari ibadah yang berpahala jika dimaknai dan dijalani dengan cara yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual semata, tapi juga merangkul aktivitas duniawi menjadi ladang pahala.
Landasan utama dari konsep ini adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menjadi dasar penting bahwa tidur yang diniatkan untuk memperkuat diri agar dapat beribadah, bekerja halal, atau menghindari maksiat bisa menjadi ibadah yang bernilai di sisi Allah. Islam tidak memisahkan antara dunia dan akhirat; selama niatnya lurus, tidur pun bisa menjadi bentuk ibadah yang diridhai.
Lebih lanjut, sahabat Nabi seperti Mu’adz bin Jabal berkata, “Sesungguhnya aku mengharap pahala dari tidurku sebagaimana aku mengharap pahala dari shalat malamku.” (HR. Bukhari). Ucapan ini mencerminkan pemahaman sahabat terhadap pentingnya niat dalam setiap perbuatan, termasuk saat istirahat. Mu’adz tidak hanya melihat tidur sebagai waktu istirahat, tetapi juga sebagai cara untuk mempersiapkan diri agar lebih maksimal dalam ibadah setelahnya.
Islam juga mengatur adab-adab tidur yang menjadikan aktivitas ini penuh nilai. Beberapa di antaranya adalah berwudhu sebelum tidur, membaca doa, membaca ayat Kursi, tidur dalam posisi miring ke kanan, dan tidak tidur dalam keadaan marah atau setelah bermaksiat. Ini semua merupakan sunnah Nabi yang jika diamalkan tidak hanya membawa keberkahan, tetapi juga menjaga fisik dan spiritual seseorang.
Selain aspek pahala, tidur dalam Islam juga dipandang sebagai rahmat Allah. Dalam QS. Ar-Rum ayat 23, Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya…” Ayat ini menegaskan bahwa tidur adalah bagian dari sistem hidup manusia yang diatur Allah agar bisa berfungsi optimal. Sehingga, memanfaatkannya dengan bijak dan diniatkan untuk kebaikan menjadikan tidur sebagai sarana taqarrub kepada Allah.
bukti tidur diatur sebagai ibadah.
-
Berwudhu sebelum tidur (HR. Bukhari no. 247)
-
Membaca ayat Kursi (HR. Bukhari no. 2311)
-
Doa sebelum tidur (HR. Bukhari no. 6311, Muslim no. 2710)
-
Posisi tidur (HR. Bukhari no. 247, Muslim no. 2710)
Kesimpulannya, tidur dalam Islam bukan hanya rutinitas harian yang netral, melainkan bisa menjadi bagian dari amal saleh. Dengan niat yang benar, adab yang sesuai, dan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tidur akan tercatat sebagai ibadah yang bernilai. Inilah keindahan Islam: menjadikan hal-hal sederhana dalam hidup menjadi jalan pahala jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan iman.
Tapi inget, jangan tidur berlebihan, apalagi sampe seharian tidur, itu gaboleh yaa!