Mandi junub adalah mandi wajib yang dilakukan oleh seorang Muslim setelah mengalami hadas besar, seperti hubungan suami istri atau mimpi basah. Dalam bulan Ramadhan, mandi junub menjadi perhatian khusus bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa. Pasalnya, banyak yang bertanya-tanya kapan waktu terbaik untuk mandi junub agar puasanya tetap sah.

Batas Mandi Junub ketika Puasa

Pada dasarnya, semua perbuatan yang mewajibkan wudhu juga mewajibkan mandi junub, seperti salat, thawaf, dan menyentuh Al-Qur’an, termasuk berdiam diri di masjid. Dalam hal ini, puasa tidak termasuk ibadah yang mewajibkan berjunub, tetapi ada waktu salat Subuh yang harus dikejar dalam keadaan suci dari hadats

Puasa sendiri berlangsung mulai dari terbit fajar atau waktu subuh sampai terbenam matahari. Apabila ketika memasuki subuh masih dalam keadaan junub, itu tidak membatalkan puasa. Pendapat ini mengacu pada hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dan Ummu Salamah RA yang berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ غَيْرِ حُلْمٍ ثُمَّ يَصُومُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Artinya: “Rasulullah SAW pernah masuk waktu subuh dalam keadaan masih junub yang bukan karena mimpi, kemudian beliau berpuasa.” (Muttafaq ‘alaih)

Hadits tersebut diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim masing-masing dalam kitab Puasa. Imam an-Nawawi memasukkannya dalam Riyadhus Shalihin, kitab kumpulan hadits shahih.

Menurut keterangan dalam Syarah Riyadhus Shalihin, hadits tersebut menjelaskan bahwa junub sebelum subuh tidak merusak puasa, baik junub akibat persetubuhan atau mimpi basah. Pendapat ini dipegang mayoritas ulama salaf dan disepakati ulama khalaf.

Muslim yang akan melakukan junub bisa mengawalinya dengan niat. Berikut bacaannya.

Niat Mandi Junub

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ مِنَ اْلِجنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Nawaitul-ghusla lirafil ḫadatsil-akbari minal-jinâbati fardlan lillâhi ta’ala

Artinya: “Saya niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena Allah ta’ala.”