Waktu Tidur Yang Disarankan Rasullah Adalah Setelah Isya

Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Islam, sebagai agama yang menyeluruh, juga memberikan panduan terkait waktu tidur yang baik. Rasulullah SAW memberikan teladan dalam mengatur waktu tidur, salah satunya adalah tidur setelah shalat Isya.

Bukan hal yang asing bahwa tidur merupakan sarana istirahat, karena ketika seseorang tertidur, ia sedang memulihkan berbagai fungsi tubuh dan otaknya. Hal itu dijelaskan dalam surat An-Naba ayat 9-11:

وَّجَعَلۡنَا نَوۡمَكُمۡ سُبَاتًا ۙ‏ ٩ وَّجَعَلۡنَا الَّيۡلَ لِبَاسًا ۙ‏ ١٠ وَّجَعَلۡنَا النَّهَارَ مَعَاش‏١١

Artinya: “Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian, dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.”

Anjuran Tidur Setelah Isya

Mengutip buku Hidup Bersama Rasulullah Muhammad SAW yang ditulis oleh Daeng Naja, Rasulullah biasa tidur di awal malam dan bangun disepertiga malam terakhir. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata,

وَعَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يَنَامُ أَوَّلَ اللَّيْلِ ، وَيَقُومُ آخِرَهُ فَيُصَلِّي . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Rasulullah SAW tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam. Lalu beliau melakukan sholat,” (HR Muttafaqun ‘alaih).

Waktu tidur Rasulullah saat malam hari adalah setelah sholat Isya, tepatnya pukul 19.45 hingga 20.00. Tidur lebih awal bertujuan agar dapat bangun lebih pagi untuk melaksanakan sholat malam.

Hal ini dijelaskan juga dalam buku Sunnah Rasulullah Sehari-Hari karya Syaikh Abdullah bin Hamoud Al Furaih, Rasulullah mencontohkan agar tidak tidur sebelum Isya. Hal ini dimaksudkan agar umat Islam tidak meninggalkan ibadah wajib mereka, yaitu sholat Isya.

Pernyataan di atas berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Barzah, ia berkata:

“Bahwa Nabi Muhammad SAW tidak suka tidur sebelum sholat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568 dan Muslim no. 647).

Dalam buku Etika Tidur Nabi karya Muhammad Hasan Yusuf, tidur sebelum Isya adalah hal yang makruh, karena terkadang  sebelum Isya menyebabkan seseorang tidur hingga keluar dari waktu Isyadan berakibat tidak melaksanakan sholat Isya. Sedangkan mengobrol setelah Isya, terkadang menyebabkan seseorang tidur atau melaksanakan sholat Subuh bukan pada waktu utamanya dan tidak berkesempatan melaksanakan sholat malam.

Selain itu, terdapat beberapa kegiatan yang diperbolehkan, seperti tilawah, menerima tamu, membahas urusan kaum muslimin, dan menuntut ilmu. Jika memang tidak ada aktivitas yang syar’i maka makruh untuk begadang setelah waktu Isya.

لاَ سَمَرَ إِلاَّ لِمُصَلٍّ أَوْ مُسَافِرٍ

Artinya: “Tidak ada obrolan (setelah sholat Isya) kecuali bagi orang yang sedang sholat atau orang yang berpergian,” (HR Tirmidzi).

Waktu yang Tidak Dianjurkan untuk Tidur

Mengutip dari laman NU online ada waktu-waktu tertentu yang tidak dianjurkan bagi seseorang untuk tidur.

1.Tidur setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari. Tidur di waktu ini dipandang akan menjadikan orang yang melakukannya terhalangi mendapatkan berkahnya rezeki dan umur.

النوم بعد الصبح يذهب بركة الرزق والعمر لأن بركة هذه الأمة فى البكور وهو بعد صلاة الفجر إلى طلوع الشمس.

Artinya: Tidur setelah subuh menghilangkan berkah rezeki dan berkah umur, sebab berkahnya umat ini ada di waktu pagi, yakni waktu setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari” (Habib Zain bin Smith, Fawaid al-Mukhtarah, halaman 590).

2. tidur setelah masuk waktu ashar. Tidur pada waktu ini berisiko mengurangi daya aktif akal pelakunya. Dalam salah satu hadits dijelaskan:

مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ

Artinya: Barang siapa tidur setelah waktu ashar, lalu hilang akalnya, maka jangan pernah salahkan kecuali pada dirinya sendiri (HR Ad-Dailami).