7 Keutamaan dan Keistimewaan Bulan Muharram

Bulan Muharram bukan sekadar awal dari kalender hijriah—ia adalah salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah ﷻ. Dinamakan “Muharram” karena pada zaman dahulu, bahkan sebelum datangnya Islam, bulan ini dihormati dengan melarang segala bentuk peperangan. Dalam Islam, kemuliaannya semakin ditegaskan, bahkan Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai “bulan Allah” (Syahrullah). Julukan itu tidak diberikan pada bulan lain, menandakan betapa agungnya Muharram di sisi-Nya.

1.  Salah Satu dari Empat Bulan Haram

Muharram termasuk dalam empat bulan haram bersama Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Disebut “haram” karena di bulan ini Allah mengharamkan peperangan dan memperberat hukuman atas dosa, sekaligus melipatgandakan pahala dari kebaikan.

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan… di antaranya empat bulan haram.”
(QS. At-Taubah: 36)

Bulan haram adalah masa suci yang menuntut kita untuk lebih menjaga diri dari maksiat dan memperbanyak ibadah.

2.  Dinamakan “Syahrullah” – Bulan Allah

Muharram disebut oleh Nabi ﷺ sebagai “Syahrullah” (bulan Allah), suatu gelar kehormatan yang tidak disematkan pada bulan lain. Ini menunjukkan kemuliaan dan keistimewaan Muharram secara langsung di sisi Allah.

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.”
(HR. Muslim)

Gelar ini mendorong umat Islam untuk menghormati Muharram dengan amal ibadah yang maksimal.

3.  Dianjurkan Puasa Asyura (10 Muharram)

Puasa pada tanggal 10 Muharram, dikenal sebagai puasa Asyura, memiliki keutamaan yang sangat besar. Puasa ini dapat menghapus dosa setahun yang lalu, sebagaimana sabda Nabi ﷺ.

“Puasa Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang telah lalu.”
(HR. Muslim)

Amalan ini sangat ringan tapi berdampak besar bagi penghapusan dosa.

4.  Disunnahkan Puasa Tasu’a (9 Muharram)

Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk juga berpuasa di tanggal 9 Muharram, yaitu puasa Tasu’a, agar menyelisihi praktik kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10.

“Jika aku masih hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Muharram).”
(HR. Muslim)

Gabungan puasa Tasu’a dan Asyura adalah amalan yang sangat dianjurkan.

5.  Hari Diselamatkannya Nabi Musa عليه السلام

Pada hari Asyura (10 Muharram), Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Fir’aun. Nabi ﷺ berpuasa sebagai bentuk syukur atas peristiwa ini dan mengajarkan umatnya untuk meneladani sikap tersebut.

“Hari ini adalah hari besar di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, dan aku lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.”
(HR. Bukhari)

Ini menunjukkan Muharram sebagai bulan sejarah keimanan dan pertolongan Allah.

6.  Pahala Amal Kebaikan Dilipatgandakan

Karena termasuk bulan haram, segala amal kebaikan yang dilakukan selama bulan Muharram dilipatgandakan pahalanya. Ini mencakup sedekah, shalat sunnah, tilawah, dzikir, dan bentuk amal lainnya.

Para ulama menyebutkan bahwa waktu-waktu yang dimuliakan oleh Allah adalah peluang emas bagi hamba untuk memanen pahala sebanyak mungkin dengan usaha sederhana.

7.  Momen Muhasabah & Awal Tahun Hijriah

Muharram adalah bulan pembuka dalam kalender hijriah. Karena itu, ia sangat tepat dijadikan sebagai momen refleksi, muhasabah, dan perbaikan diri. Muharram mengajak kita memulai tahun dengan niat yang lebih tulus dan tekad menjadi pribadi yang lebih baik.

Banyak ulama menyarankan menjadikan Muharram sebagai waktu untuk menulis target amal, memperkuat taubat, dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama manusia.