Apakah Dukhon dalam Al-Qur’an Bisa Jadi Ledakan Nuklir? Simak Penjelasannya!

Dukhon adalah salah satu tanda besar datangnya Hari Kiamat yang disebut dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad ﷺ. Dalam Surah Ad-Dukhon ayat 10–11, Allah berfirman:

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.”
(QS. Ad-Dukhon: 10–11)

Asap menjelang kiamat ini dalam bahasa Arab disebut dukhon, yang digambarkan sebagai bencana global dari langit yang menutupi manusia dan menyebabkan penderitaan besar. Dalam hadis riwayat Muslim, Dukhon juga disebutkan sebagai satu dari 10 tanda kiamat besar, bersama Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, serta turunnya Nabi Isa.

Namun di zaman modern ini, banyak ulama dan peneliti Islam mulai mengaitkan dukhon dengan asap nuklir. Ledakan senjata nuklir menciptakan awan jamur raksasa dan asap radioaktif yang bisa menyelimuti langit, menyebabkan penyakit, kelaparan, dan bahkan perubahan iklim global. Fenomena ini disebut “nuclear winter”, yaitu pendinginan bumi akibat asap yang menghalangi sinar matahari—mirip dengan gambaran Dukhon dalam wahyu.

Apakah Dukhon adalah nuklir? Jawabannya belum bisa dipastikan secara syariat, karena tidak ada dalil langsung yang mengatakannya. Namun dari segi karakteristik—asap besar, menyelimuti langit, menyakitkan, bersifat global—bencana nuklir memang memiliki kemiripan besar dengan Dukhon yang dijelaskan dalam ayat dan hadis. Ini memberi kita kemungkinan bahwa azab Allah bisa datang melalui teknologi buatan manusia sendiri.

Ancaman nuklir di zaman ini bukan hal khayalan. Dunia menyimpan ribuan senjata nuklir aktif. Perang skala global hanya sejauh tombol ditekan. Maka tidak heran jika sebagian ulama kontemporer melihat dukhon sebagai peringatan keras: bahwa kiamat bisa diawali oleh kesombongan manusia sendiri terhadap ciptaan Allah dan penyalahgunaan teknologi.

Sebagai umat Islam, kita tidak hanya diajak untuk memahami makna Dukhon, tetapi juga untuk mengambil hikmah darinya. Tanda kiamat besar bukan sekadar untuk ditakuti, tapi untuk disikapi dengan taubat dan amal saleh. Sebelum langit diliputi asap—apakah itu dukhon atau nuklir—kita masih punya waktu untuk memperbaiki diri dan dunia di sekitar kita.