Dosa jariyah adalah istilah dalam Islam yang merujuk pada dosa yang terus mengalir meskipun pelakunya sudah meninggal. Sebagaimana pahala jariyyah yang mendatangkan kebaikan abadi, dosa jariyyah menjadi beban yang tidak putus selama penyebabnya masih ada. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana dosa jariyyah terus mengalir berdasarkan hadis-hadis Rasulullah SAW.
Apa Itu Dosa Jariyyah?
Secara sederhana, dosa jariyyah adalah dosa yang disebabkan oleh perbuatan seseorang yang dampaknya berlanjut hingga waktu yang lama. Dosa ini dapat berasal dari perkataan, perbuatan, atau kebiasaan buruk yang ditularkan kepada orang lain. Misalnya, menyebarkan informasi yang salah, mengajarkan keburukan, atau meninggalkan warisan yang membawa dampak negatif.
Dalil Hadis Tentang Dosa Jariyyah
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka dia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Hadis ini menjelaskan bahwa seseorang yang menjadi sumber kesesatan akan terus menerima dosa dari setiap orang yang mengikuti kesalahan tersebut. Ini berarti dosa akan terus mengalir selama kesalahan tersebut masih dilakukan oleh orang lain.
Selain itu, ada pula dalil Al-Qur’an yang menerangkan terkait dosa jariyah tersebut. Allah SWT berfirman dalam surah Yasin ayat 12,
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami (pulalah) yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuz).”
Cara Menghapus Dosa Jariyah
Tobat nasuha harus dilakukan dengan tulus karena Allah SWT. Terkait tobat disebutkan dalam surah At Tahrim ayat 8,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Dengan bertobat nasuha, maka muslim menyesali segala dosa yang pernah berbuat. Mereka juga harus berjanji dengan bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi di waktu yang akan datang.