Empat hari lagi kita akan menyambut Idul Adha. Suasana mulai terasa berbeda—masjid-masjid bersiap, panitia qurban mulai mendata, dan sebagian dari kita mulai mencari hewan terbaik untuk dipersembahkan. Tapi di balik rutinitas itu, penting untuk kembali mengingat: apa sebenarnya makna qurban bagi kita? Ibadah ini bukan sekadar tradisi tahunan, tapi bentuk penghambaan yang dalam. Ia mengajarkan ketulusan, keberanian untuk memberi, dan kedekatan yang lebih hangat antara manusia dan Tuhannya.
Berqurban adalah simbol keikhlasan. Ia mengajarkan tentang kerelaan memberi, bahkan ketika yang diminta adalah sesuatu yang kita cintai. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2). Ayat ini tidak hanya memerintahkan, tapi juga mengajak kita untuk menyambut qurban sebagai ibadah yang lahir dari cinta dan penghambaan sejati.
Melalui Wujud Aksi Nyata, qurbanmu akan disalurkan dengan tepat, menyapa mereka yang benar-benar membutuhkan. Tak hanya memberi makanan, tapi juga memberi harapan dan kebahagiaan. Ini bukan soal jumlah, tapi tentang kebermanfaatan.
Lebih dari sekadar ritual, qurban juga berdampak besar bagi jiwa. Ia melatih kita untuk tidak terlalu melekat pada dunia. Dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk membeli hewan qurban, kita belajar bahwa berbagi bukanlah kehilangan, melainkan keberkahan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai oleh Allah selain dari menyembelih hewan qurban.” (HR. Tirmidzi). Dalam ibadah ini, ada pembersihan hati dari sifat kikir dan cinta dunia.
Dari sisi sosial, qurban adalah jembatan empati. Saat daging qurban dibagikan, ia menyapa rumah-rumah yang mungkin selama ini jarang merasakan lauk bergizi. Bahkan di pelosok negeri—daerah terpencil yang aksesnya terbatas dan masyarakatnya hidup sederhana—momen Idul Adha bisa jadi satu-satunya waktu mereka menikmati daging dalam setahun. Bayangkan bagaimana kebahagiaan itu tumbuh hanya karena secuil perhatian dari kita yang tinggal di kota.
Lebih dari itu, qurban memperkuat hubungan di tengah masyarakat. Prosesnya yang melibatkan banyak orang—dari pembelian hewan, penyembelihan, hingga distribusi—membuka ruang untuk gotong royong dan silaturahmi. Anak-anak belajar tentang kepedulian, para pemuda belajar tentang tanggung jawab, dan semua ikut merasakan semangat kebersamaan. Ini bukan hanya ibadah, tapi momen sosial yang menghangatkan.
Baca Juga: Tutorial Qurban Online Bersama Wujud Aksi Nyata
Pada akhirnya, qurban bukan hanya untuk mereka yang menerima dagingnya. Tapi juga untuk kita yang menunaikannya. Ada ketenangan, ada rasa syukur, dan ada kebahagiaan yang tumbuh ketika kita bisa memberi. Maka, jika tahun ini ada rezeki yang cukup, sempatkanlah untuk berqurban. Bukan karena kita lebih mampu, tapi karena kita ingin lebih dekat dengan Allah dan sesama.
Yuk kurban sekarang! Klik #nyataberkurban