Kisah tentang Hasan dan Husain yang tidak memiliki baju baru menjelang Hari Raya Idul Fitri merupakan cerita yang sering diceritakan dalam masyarakat Muslim sebagai teladan kesederhanaan dan keikhlasan. Cerita ini diriwayatkan oleh Ibnu Syahr Asyub dari Al-Ridha dan dinukil oleh Hakim al-Naisaburi dalam kitabnya al-Amali .
Pada suatu malam menjelang Idul Fitri, di rumah sederhana keluarga Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah, dua anak kecil tampak duduk termenung. Hasan dan Husain, cucu Rasulullah ﷺ, merasa sedih karena tidak memiliki pakaian baru untuk dikenakan pada hari raya.
Dengan suara lembut, Hasan berkata kepada ibunya, “Wahai Ibu, semua anak-anak di Madinah telah mengenakan pakaian indah untuk hari raya. Tapi mengapa kami belum dihiasi seperti mereka?”
Sayyidah Fatimah terdiam sejenak, lalu menjawab sambil tersenyum, “Anak-anakku, baju kalian sedang dijahit. Insya Allah akan datang tepat waktu.”
Mendengar jawaban itu, Hasan dan Husain mencoba tersenyum dan kembali bermain. Malam hari raya pun tiba. Udara sejuk menyelimuti Madinah, namun pakaian baru yang dijanjikan belum juga datang. Hasan kembali bertanya, “Ibu, mengapa baju kami belum juga ada?”
Sayyidah Fatimah menahan tangis. Ia tidak ingin kedua putranya tahu bahwa ia sebenarnya tidak memiliki uang untuk membeli baju baru. Dengan lembut ia berkata, “Anak-anakku, ibu tidak memiliki uang untuk membelikan kalian baju baru.”
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Sayyidah Fatimah berkata “Siapa?” sambil bangkit dan membukakan pintu. Di hadapannya berdiri seorang pria berpakaian rapi, membawa dua bingkisan besar. Ia berkata, “Wahai putri Rasulullah, aku adalah tukang jahit. Aku diutus untuk mengantarkan pakaian untuk kedua putramu.”
Tanpa banyak bicara, pria itu menyerahkan bingkisan dan pergi. Ketika Sayyidah Fatimah membuka bungkusan itu, ia mendapati dua setel pakaian yang sangat indah: gamis, celana, mantel, sorban, dan sepatu hitam yang berkilau. Air matanya menetes haru. Ia memanggil Hasan dan Husain, dan mengenakan pakaian itu kepada mereka.
Tak lama kemudian, Rasulullah SAW datang berkunjung. Beliau tersenyum melihat kedua cucunya mengenakan pakaian yang begitu indah. Beliau mencium mereka dengan kasih sayang yang mendalam.
Kemudian Rasulullah bertanya kepada Fatimah, “Wahai putriku, apakah engkau melihat siapa yang mengantarkan pakaian ini?”
Sayyidah Fatimah menjawab, “Ya, Ayah. Ia mengaku sebagai tukang jahit.”
Rasulullah tersenyum dan berkata, “Ketahuilah, wahai Fatimah, dia bukanlah tukang jahit biasa. Dia adalah Malaikat Ridwan, penjaga surga, yang diutus Allah untuk menghibur cucu-cucuku pada hari raya ini.”
Sayyidah Fatimah terharu dan memanjatkan puji syukur kepada Allah. Hari itu menjadi hari raya yang penuh berkah, bukan karena kemewahan, tapi karena kasih sayang Allah yang tercurah melalui keajaiban kecil untuk keluarga Rasulullah.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa Allah tidak akan pernah mengabaikan hamba-Nya yang sabar, ikhlas, dan penuh kasih sayang. Kebahagiaan sejati di hari raya tidak selalu datang dari kemewahan, tetapi dari cinta, doa, dan keberkahan yang Allah limpahkan.